PROSES ADAPTASI
DAN FISIOLOGIS
SITEM PERKEMIHAN
PADA MASA KEHAMILAN
Untuk Memenuhi
Tugas Asuhan Kebidanan 1
Penyusun :
Roudhlotul Mufaroha (1206.047)
Shindy Eka Pratiwi (1206.048)
Siti Anisah (1206.049)
Siti Nur Hidayah (1206.050)
Siti Rohmah (1206.051)
Sufildzah
Atiqah (1206.052)
Titik Dwi Wahyuni
(1206.054)
Umi Afiatus S. (1206.055)
Wahyu Sri Hastutik M.
(1206.056)
Yunita Andang
Pantanasari (1206.057)
Zanuarischah
Dwirizkhiyanti (1206.058)
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
JL. Proklamasi No. 54 Gresik
Telp. (031) 3984249 / Fax. (031) 3971801
E-mail : delimapersada_gresik@yahoo.com
TAHUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keterampilan Dasar Praktik Klinik
merupakan salah satu ilmu yang membahas tentang keterampilan Dasar Asuhan
Keperawatan dan Kebidanan yang meliputi pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan
keperawatan yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pencegahan infeksi,
penyakit terminal, dan tidak diharapkan dengan kematian.
Dalam kegiatan
praktik ini tenaga medis khususnya kami selaku mahasiswa akademi kebidanan
diharapkan mampu menerapkan dan melaksanakan ilmu KDPK yang telah kami peroleh
saat ini, salah satunya yaitu keterampilan melakukan pemasangan infus.
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada
pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus
set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
umum
a. Mendokumentasikan kegiatan praktik klinik
di Rumah Sakit DKT Surabaya.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
Melaksankan tindakan KDPK yang kami lakukan di Rumah Sakit DKT Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu KDPK yang telah di peroleh
b.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan Keterampilan Dasar Praktek Klinik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Perasat
Tindakan pengobatan
dengan memasang infus.
2.2 Tinjauan
Teori
2.2.1 Pengertian dan Kebutuhan Cairan
1.
Pengertian
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada
pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus
set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
(Musrifatul Ulya, dkk. 2011:151)
2.
Kebutuhan
Cairan Tubuh bagi Manusia
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebuthhan
fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa
metabolisme, sebagai komponen pembentk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh
lainnya, sebagai pengatus suhu tubuh dan seluler.
(Musrifatul Uliyah, dkk.2012:96)
Organ yang memiliki peran yang cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah ginjal, kulit, paru, dan
gastroinstertinal. Ginjal berfungsi sebgai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan dalam darah, dan pengaturan ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam. Kulitmerupakan bagian penting dalam
pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Paru-paru
berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
400ml/hari. Gastrointestinal berperan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air.
(Musrifatul Uliyah, dkk.2008:42)
2.2.2 Tujuan
Tindakan
1.
Sebgai
pengobatan
2.
Mencukupi
kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
3.
Sebagai
makanan untuk pasien yang tidak dapat / tidak boleh makan melalui mulut.
4.
Cairan
infus jenis Ringer Laktat berfungsi untuk mengembalikan keseimbangan cairan
elektrolit pada keadaan dehidrasi, dan syok hipopolemik.
2.2.3 Indikasi
Pada pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan
pasca besah, sebelum tranfusi darah, pasien yang tidak bisa / tidak boleh makan
minum melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.
2.3 Faktor yang memengaruhi cairan dan elektrolit
1.
Usia
berkaitan dengan luas permukaan tubuh, aktivitas organ, serta jumlah kebutuhan
metabolismenya sehingga kebutuhan cairan dan elektrolitnya juga berbeda.
2.
Temperatur
yang tinggi menyebabkan banyak kehilangan cairan.
3.
Diet
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan cairan.
4.
Stres
dapat meningkatkan metabolisme dan dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5.
Sakit
membutuhkan pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Tabel 1.1 Kebutuhan air
berdasarkan umur dan berat badan
Umur
|
Kebutuhan Cairan
|
|
Dalam hal
|
Ml/kg berat badan
|
|
3 hari
|
250-300
|
80-180
|
1 tahun
|
1150-3000
|
120-135
|
2 tahun
|
1350-1500
|
115-125
|
4 tahun
|
1600-1800
|
100-110
|
10 tahun
|
2000-1500
|
70-85
|
14 tahun
|
2200-2700
|
50-60
|
18 tahun
|
2200-2700
|
40-50
|
dewasa
|
2400-2600
|
20-30
|
(Musrifatul Uliyah, dkk.2012:96)
2.4 Persiapan Alat
1.
Baki
dan alasnya / troly
2.
Handscoon
bersih pada tempatnya
3.
Perlak
dan pengalas
4.
Infus
set
5.
Abbocath
6.
Cairan
infus yang dibutuhkan
7.
Tiang
infus
8.
Torniquet
9.
Plester
/ hyperfix
10. Gunting perban dan perban
11. Cucing berisi kapas alkohol kering
12. Alkohol 70%
13. Bengkok
14. Spalk untuk anak-anak
15. Jam tangan
16. Format infus dan pulpen
17. Tempat sampah medis dan non medis
18. Waskom berisi larutan clorin 0,5%
19. Skort
2.5 Persiapan Petugas
Persiapan petugas (menggunakan skort dan celemek, cuci
tangan dengan tehnik 7 langkah).
2.6 Persiapan Pasien
Memberi salam, mengenalkan diri pada klien jika pertemuan
pertama kali. Menjelaskan tujuan tindakan, memberi tahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
2.5 Persiapan Lingkungan
Tutup tirai, jendela, pintu kamar pasien, jika ada pasien
lain maka beri pembatas.
2.6 Langkah-Langkah
1.
Membebaskan
area yang akan diinfus dari pakaian
R/
memudahkan mencari darah atau lokasi penyuntikan
2.
Memasang
perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus.
R/
kemungkinan darah yang keluar tidak mengotori tempat tidur pasien.
3.
Membuka
botol cairan infus dan mendinfeksi tutup botol cairan menggunakan kapas
alkohol.
R/
menghilangkan mikroorganisme yang ada oada tutup botol cairan infus.
4.
Membuka
kemasan infus set.
R/
untuk mengolah persiapan infus.
5.
Mengatur
klem roll sekira 2-4 cm di bawah bilik drip dan menutup klem yang ada pada
saluran infus.
R/
memudahkan mengatur klem roll jika dekat dengan bilik drip dan mengisi selang
dengan cairan.
6.
Menusukkan
pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan mengisi tabung tetesan sampai 1/3
– ½ penuh dengan cara memencet tabung tetesan infus.
R/
menyalurkan cairan dari botol ke pipa saluran infus dan untuk memudahkan dalam
perhitungan jumlah tetesan cairan infus.
7.
Melepaskan
pelindung jarum dan buka klem roll untuk mengalirkan cairan melalui selang ke
dalam bengkok sehingga tidak ada udara pada selang infus. Pastikan selang bersh
dari gelembung udara.
R/
udara yang masuk ke pembuluh darah pasien akan terjadi emboli.
8.
Memakai
handscoon.
R/
mengurangi mikroorganisme, infeksi, ataupun penularan penyakit.
9.
Mencari
dan memilih vena yang akan dipasang infus.
R/
vena yang berdilatasi baik akan memudahkan keberhasilan pemasangan infus.
10. Pilih vena yang
berilatasi bai, dengan :
·
Menggosok
ekstremitas dari distal ke proximal dibawah tempat vena yang dimaksud
·
Menepuk
perlahan di atas vena
11. Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas tempat yang akan
ditusuk
R/
untuk membendung pembuluh darah vena.
12. Melakukan desifeksi daerah penusukan dengan kapas alkohol
70% secara sirkular.
R/
menghilangkan mikroorganisme agar tidak ikut masuk bersama jarum infus ke
pembuluh darah.
13. Komunikasi ke pasien akan dilakukan penusukan.
R/
pasien bisa menyiapkan diri untuk menahan sedikit rasa sakit.
14. Menusukkan
abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 30 derajat
sejajar vena menggunakan tangan yang dominan.
R/
mengurangi rasa sakit saat penusukan.
15. Melihat apakah ada darah terlihat di pipa abbocath
R/
mengecek apakah abbocath telah tepat pada vena.
16. Menurunkan jarum abbocath sampai menyentuh kulit dan
memasukkan pelan-pelan jarum yang ada pada abbocath hingga plastik abbocath
masuk semua dalam vena dan jarum keluar semua.
R/
plastik abbocath akan mengurangi rasa sakir pasien dibandingkan dengan jarum
yang menetap di dalam infus.
17. Tahan abbocath yang sudah masuk menggunakan tangan kiri
dan dengan cepat tangan kanan menghubungkan abbocath dengan selang infus.
R/
selang infus langsung terhubung ke tubuh pasien.
18. Melepas ikatan torniquet dan menganjurkan pasien membuka
genggaman tangannya.
R/
darah yang dibendung kembali mengalir lancar.
19. Melepaskan klem
roller untuk memulai infus dan melihat kelancaran tetesan.
R/
mengecek apakah ciran infus dapat mengalir ke tubuh dengan baik.
20.
Merekatkan pangkal jarum pada jarum kulit dengan plester dan menutup tempat tusukan dengan kassa steril yang telah diberi bethadine, lalu rekatkan dengan plester.
R/
menghindari terjadinya mobilisai yang dapat membuat perdarahan.
21. Mengatur kecepatan aliran cairan infus sampai tetesan
yang tepat permenit.
R/
menyesuaikan dengan kebutuhan pasien.
22. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya
tidak digerak-gerak agar jarum tidak bergeser. Bila perlu memasang spalk.
R/
jarum yang tergeser dapat menyebabkan perdarahan.
23. Tulis tanggal dan waktu pemasangan pada plester
R/
waktu pemasangan innfus yang lama dan tidak dianti dapat menyebabkan iritasi
dan oedem.
24. Merapikan dan menyingkirkan alat-alat yang ada disamping
pasien.
R/
agar pasien kembali merasa nyaman
25. Memberitahu bahwa perasat telah selesai dikerjakan.
R/
pasien dapat menurunkan rasa ketegangannya.
26. Merapikan pasien dan lingkungan.
R/
kenyamanan pasien karen lingkungan kembali bersih dari alat-alat.
27. Masukkan tangan yang menggunakan handscoon ke dalam
larutan chlorin 0,5% dan lepas.
R/
dekontaminasi handscoon baik bagian luar maupun dalam.
28. Membuang sampah
dan mengembaikan alat pada tempatnya.
R/
lingkungan dan alat kembali bersih kembali pada tempatnya.
29. Petugas mencuci tangan 7 langkah
30. Mencatat hasil kegiatan dalam format infus : tanggal dan
jam pemberian, macam cairan dan jumlah yang diberikan, jumlah tetesan per
menit.
R/
setiap tindakan haruslah dilakukan pendokumentasian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 identitas
Nama :
Usia :
Alamat :
Agama :
Hari :
No. Reg
:
Ruangan
:
Diagnosa
:
Keluhan
utama :
Pengkajian
:
Riwayat
penyakit dahulu :
Riwayat
penyakit keluarga :
Riwayat
penyakit sekarang :
Hasil observasi
:
Pemeriksaan
penunjang :
3.2 catatan perkembangan :
S :
O :
A :
P :
BAB IV
PENUTUP
4.1
kesimpulan
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada
pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus
set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebuthhan
fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa
metabolisme, sebagai komponen pembentk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh
lainnya, sebagai pengatus suhu tubuh dan seluler.
4.2
saran
1.
Bagi petugas
Menigkatkan
keterampilan dalam pemeriksaan dan kemampuan yang dimiliki.
2.
Bagi klien
Untuk keberhasilan
dalam pemeriksaan atau tindakan diperlikan kerjasama untuk mendeteksi masalah
dan menanganinya.
3.
Bagi ruangan
Mempertahankan dan
berusaha meningkatka pelayanan yang baik bagi pasien.
4.
Bagi mahasiswa
Meningkatkan
keterampilan tentang apa yanh sudah siperoleh dari teor dan sebagai acuhan
kedepannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul hidayat A aziz dan uliyah musrifatul. 2011. Buku saku : keterampilan dasar praktik klinik.
Surabaya : health books.
Uliyah musrifatul, wildan moh,dkk. 2012. Buku ajar : keterampilan dasar 1. Surabaya : health books.
Kusmiyati yuni. 2009. Keterampilan
dasar praktik klinik kebidanan. Yokyakarta : fitramaya.
Alimul hidayat a aziz dan uliyah musrifatul. 2008. Keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan edisi 2. Jakarta
: salemba medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar