Senin, 21 Oktober 2013

MAKALAH PROSES ADAPTASI DAN FISIOLOGIS SITEM PERKEMIHAN PADA MASA KEHAMILAN


PROSES ADAPTASI DAN FISIOLOGIS
SITEM PERKEMIHAN PADA MASA KEHAMILAN
Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan 1
Penyusun :


Roudhlotul Mufaroha (1206.047)
Shindy Eka Pratiwi (1206.048)
Siti Anisah (1206.049)
Siti Nur Hidayah (1206.050)
Siti Rohmah (1206.051)
Sufildzah Atiqah (1206.052)
Titik Dwi Wahyuni (1206.054)
Umi Afiatus S.  (1206.055)
Wahyu Sri Hastutik M. (1206.056)
Yunita Andang Pantanasari (1206.057)
Zanuarischah Dwirizkhiyanti (1206.058)



AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
JL. Proklamasi No. 54 Gresik
Telp. (031) 3984249 / Fax. (031) 3971801
E-mail : delimapersada_gresik@yahoo.com

TAHUN 2013








BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

                              Keterampilan Dasar Praktik Klinik merupakan salah satu ilmu yang membahas tentang keterampilan Dasar Asuhan Keperawatan dan Kebidanan yang meliputi pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan keperawatan yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pencegahan infeksi, penyakit terminal, dan tidak diharapkan dengan kematian.
                              Dalam kegiatan praktik ini tenaga medis khususnya kami selaku mahasiswa akademi kebidanan diharapkan mampu menerapkan dan melaksanakan ilmu KDPK yang telah kami peroleh saat ini, salah satunya yaitu keterampilan melakukan pemasangan infus.
       Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.

1.2        Tujuan
1.2.1        Tujuan umum
a.       Mendokumentasikan kegiatan praktik klinik di Rumah Sakit DKT Surabaya.
b.      Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan. Melaksankan tindakan KDPK yang kami lakukan di Rumah Sakit DKT Surabaya.
1.2.2    Tujuan Khusus
            a. Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu KDPK yang telah di peroleh
            b. Agar mahasiswa dapat menjelaskan Keterampilan Dasar Praktek Klinik


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Jenis Perasat
          Tindakan pengobatan dengan memasang infus.

2.2       Tinjauan Teori
            2.2.1    Pengertian dan Kebutuhan Cairan
1.      Pengertian
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
                                                           (Musrifatul Ulya, dkk. 2011:151)
2.      Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebuthhan fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa metabolisme, sebagai komponen pembentk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya, sebagai pengatus suhu tubuh dan seluler.
                                                      (Musrifatul Uliyah, dkk.2012:96)
Organ yang memiliki peran yang cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah ginjal, kulit, paru, dan gastroinstertinal. Ginjal berfungsi sebgai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan dalam darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Kulitmerupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss 400ml/hari. Gastrointestinal berperan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
                                                      (Musrifatul Uliyah, dkk.2008:42)


2.2.2    Tujuan Tindakan
1.      Sebgai pengobatan
2.      Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
3.      Sebagai makanan untuk pasien yang tidak dapat / tidak boleh makan melalui mulut.
4.      Cairan infus jenis Ringer Laktat berfungsi untuk mengembalikan keseimbangan cairan elektrolit pada keadaan dehidrasi, dan syok hipopolemik.

2.2.3 Indikasi
Pada pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca besah, sebelum tranfusi darah, pasien yang tidak bisa / tidak boleh makan minum melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.

2.3    Faktor yang memengaruhi cairan dan elektrolit
1.      Usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, aktivitas organ, serta jumlah kebutuhan metabolismenya sehingga kebutuhan cairan dan elektrolitnya juga berbeda.
2.      Temperatur yang tinggi menyebabkan banyak kehilangan cairan.
3.      Diet berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan cairan.
4.      Stres dapat meningkatkan metabolisme dan dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5.      Sakit membutuhkan pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.


Tabel 1.1 Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan

Umur
Kebutuhan Cairan
Dalam hal
Ml/kg berat badan
3 hari
250-300
80-180
1 tahun
1150-3000
120-135
2 tahun
1350-1500
115-125
4 tahun
1600-1800
100-110
10 tahun
2000-1500
70-85
14 tahun
2200-2700
50-60
18 tahun
2200-2700
40-50
dewasa
2400-2600
20-30

                                                          (Musrifatul Uliyah, dkk.2012:96)

2.4    Persiapan Alat
1.      Baki dan alasnya / troly
2.      Handscoon bersih pada tempatnya
3.      Perlak dan pengalas
4.      Infus set
5.      Abbocath
6.      Cairan infus yang dibutuhkan
7.      Tiang infus
8.      Torniquet
9.      Plester / hyperfix
10.  Gunting perban dan perban
11.  Cucing berisi kapas alkohol kering
12.  Alkohol 70%
13.  Bengkok
14.  Spalk untuk anak-anak
15.  Jam tangan
16.  Format infus dan pulpen
17.  Tempat sampah medis dan non medis
18.  Waskom berisi larutan clorin 0,5%
19.  Skort

2.5       Persiapan Petugas
Persiapan petugas (menggunakan skort dan celemek, cuci tangan dengan tehnik 7 langkah).



2.6       Persiapan Pasien
Memberi salam, mengenalkan diri pada klien jika pertemuan pertama kali. Menjelaskan tujuan tindakan, memberi tahu prosedur tindakan yang akan dilakukan.

2.5       Persiapan Lingkungan
Tutup tirai, jendela, pintu kamar pasien, jika ada pasien lain maka beri pembatas.

2.6       Langkah-Langkah
1.      Membebaskan area yang akan diinfus dari pakaian
R/ memudahkan mencari darah atau lokasi penyuntikan
2.      Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus.
R/ kemungkinan darah yang keluar tidak mengotori tempat tidur pasien.
3.      Membuka botol cairan infus dan mendinfeksi tutup botol cairan menggunakan kapas alkohol.
R/ menghilangkan mikroorganisme yang ada oada tutup botol cairan infus.
4.      Membuka kemasan infus set.
R/ untuk mengolah persiapan infus.
5.      Mengatur klem roll sekira 2-4 cm di bawah bilik drip dan menutup klem yang ada pada saluran infus.
R/ memudahkan mengatur klem roll jika dekat dengan bilik drip dan mengisi selang dengan cairan.
6.      Menusukkan pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan mengisi tabung tetesan sampai 1/3 – ½ penuh dengan cara memencet tabung tetesan infus.
R/ menyalurkan cairan dari botol ke pipa saluran infus dan untuk memudahkan dalam perhitungan jumlah tetesan cairan infus.
7.      Melepaskan pelindung jarum dan buka klem roll untuk mengalirkan cairan melalui selang ke dalam bengkok sehingga tidak ada udara pada selang infus. Pastikan selang bersh dari gelembung udara.
R/ udara yang masuk ke pembuluh darah pasien akan terjadi emboli.
8.      Memakai handscoon.
R/ mengurangi mikroorganisme, infeksi, ataupun penularan penyakit.
9.      Mencari dan memilih vena yang akan dipasang infus.
R/ vena yang berdilatasi baik akan memudahkan keberhasilan pemasangan infus.
10.   Pilih vena yang berilatasi bai, dengan :
·         Menggosok ekstremitas dari distal ke proximal dibawah tempat vena yang dimaksud
·         Menepuk perlahan di atas vena
11.  Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas tempat yang akan ditusuk
R/ untuk membendung pembuluh darah vena.
12.  Melakukan desifeksi daerah penusukan dengan kapas alkohol 70% secara sirkular.
R/ menghilangkan mikroorganisme agar tidak ikut masuk bersama jarum infus ke pembuluh darah.
13.  Komunikasi ke pasien akan dilakukan penusukan.
R/ pasien bisa menyiapkan diri untuk menahan sedikit rasa sakit.
14.   Menusukkan abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 30 derajat sejajar vena menggunakan tangan yang dominan.
R/ mengurangi rasa sakit saat penusukan.
15.  Melihat apakah ada darah terlihat di pipa abbocath
R/ mengecek apakah abbocath telah tepat pada vena.
16.  Menurunkan jarum abbocath sampai menyentuh kulit dan memasukkan pelan-pelan jarum yang ada pada abbocath hingga plastik abbocath masuk semua dalam vena dan jarum keluar semua.
R/ plastik abbocath akan mengurangi rasa sakir pasien dibandingkan dengan jarum yang menetap di dalam infus.
17.  Tahan abbocath yang sudah masuk menggunakan tangan kiri dan dengan cepat tangan kanan menghubungkan abbocath dengan selang infus.
R/ selang infus langsung terhubung ke tubuh pasien.
18.  Melepas ikatan torniquet dan menganjurkan pasien membuka genggaman tangannya.
R/ darah yang dibendung kembali mengalir lancar.
19.   Melepaskan klem roller untuk memulai infus dan melihat kelancaran tetesan.
R/ mengecek apakah ciran infus dapat mengalir ke tubuh dengan baik.
20. 

Merekatkan pangkal jarum pada jarum kulit dengan plester dan menutup tempat tusukan dengan kassa steril yang telah diberi bethadine, lalu rekatkan dengan plester.
R/ menghindari terjadinya mobilisai yang dapat membuat perdarahan.
21.  Mengatur kecepatan aliran cairan infus sampai tetesan yang tepat permenit.
R/ menyesuaikan dengan kebutuhan pasien.
22.  Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak digerak-gerak agar jarum tidak bergeser. Bila perlu memasang spalk.
R/ jarum yang tergeser dapat menyebabkan perdarahan.
23.  Tulis tanggal dan waktu pemasangan pada plester
R/ waktu pemasangan innfus yang lama dan tidak dianti dapat menyebabkan iritasi dan oedem.
24.  Merapikan dan menyingkirkan alat-alat yang ada disamping pasien.
R/ agar pasien kembali merasa nyaman
25.  Memberitahu bahwa perasat telah selesai dikerjakan.
R/ pasien dapat menurunkan rasa ketegangannya.
26.  Merapikan pasien dan lingkungan.
R/ kenyamanan pasien karen lingkungan kembali bersih dari alat-alat.
27.  Masukkan tangan yang menggunakan handscoon ke dalam larutan chlorin 0,5% dan lepas.
R/ dekontaminasi handscoon baik bagian luar maupun dalam.
28.   Membuang sampah dan mengembaikan alat pada tempatnya.
R/ lingkungan dan alat kembali bersih kembali pada tempatnya.
29.  Petugas mencuci tangan 7 langkah
30.  Mencatat hasil kegiatan dalam format infus : tanggal dan jam pemberian, macam cairan dan jumlah yang diberikan, jumlah tetesan per menit.
R/ setiap tindakan haruslah dilakukan pendokumentasian.



BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 identitas
            Nama :
            Usia :
            Alamat :
            Agama :
            Hari :
            No. Reg :
            Ruangan :
            Diagnosa :
            Keluhan utama :
            Pengkajian :
            Riwayat penyakit dahulu :
            Riwayat penyakit keluarga :
            Riwayat penyakit sekarang :
            Hasil observasi :
           
            Pemeriksaan penunjang :
           
3.2 catatan perkembangan :
            S  :
            O :
            A :
            P :





















BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebuthhan fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa metabolisme, sebagai komponen pembentk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya, sebagai pengatus suhu tubuh dan seluler.

4.2 saran
1.      Bagi petugas
Menigkatkan keterampilan dalam pemeriksaan dan kemampuan yang dimiliki.
2.      Bagi klien
Untuk keberhasilan dalam pemeriksaan atau tindakan diperlikan kerjasama untuk mendeteksi masalah dan menanganinya.
3.      Bagi ruangan
Mempertahankan dan berusaha meningkatka pelayanan yang baik bagi pasien.
4.      Bagi mahasiswa
Meningkatkan keterampilan tentang apa yanh sudah siperoleh dari teor dan sebagai acuhan kedepannya nanti.







DAFTAR PUSTAKA
Alimul hidayat A aziz dan uliyah musrifatul. 2011. Buku saku : keterampilan dasar praktik klinik. Surabaya : health books.
Uliyah musrifatul, wildan moh,dkk. 2012. Buku ajar : keterampilan dasar 1. Surabaya : health books.
Kusmiyati yuni. 2009. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yokyakarta : fitramaya.
Alimul hidayat a aziz dan uliyah musrifatul. 2008. Keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan edisi 2. Jakarta : salemba medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar