PROSES ADAPTASI
FISIOLOGIS
SISTEM
PERNAFASAN
DALAM MASA
KEHAMILAN
Untuk Memenuhi
Tugas Asuhan Kebidanan 1
Penyusun :
Roudhlotul
Mufaroha (1206.047)
Shindy Eka
Pratiwi (1206.048)
Siti Anisah
(1206.049)
Siti Nur Hidayah
(1206.050)
Siti Rohmah
(1206.051)
Sufildzah Atiqah (1206.052)
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
JL. Proklamasi No. 54 Gresik
Telp. (031) 3984249 / Fax. (031) 3971801
E-mail : delimapersada_gresik@yahoo.com
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat dan
hihayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Proses Adaptasi fisiologis Sistem Pernafasan dalam Masa Kehamilan”
sesuai waktu yang di tentukan.
Dalam
menyusun makalah ini, penulis
mendapatkan banyak pengaruh dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Sri
Utami, SST, M.Mkes. selaku Direktur Akademi Kebidanan Delima Persada Gresik.
2. Diyana F.H, S.ST.selaku
dosen pengajar mata kuliah Asuhan
Kebidanan 1.
Semoga
Tuhan YME memberikan balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
semua pembaca pada umumnya.
Gresik,
26 April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Selama kehamilan seorang ibu akan mengalami berbagai
perubahan – perubahan baik anatomis maupun fisiologis. Dalam perubahan
fisiologis banyak perubahan-perubahan yang terjadi selama masa kehamilan,
sistem pernapasan, Perubahan fisiologis adalah respon tubuh karena adanya
pembuahan atau fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang bertujuan untuk
mempertahankan hasil pembuahan agar tetap hidup dan berkembang. Peristiwa
ini normal dan wajar terjadi kemudian
akan kembali seperti semula keadaan semula beberapa minggu. Selain itu menyusui
juga dapat membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh, karena menyusui
menyebabkan rahim berkontraksi
dan mempercepat kembalinya ke ukuran normal.
1.2
Rumusan
masalah
Bagaimana proses
adaptasi fisiologis system pernapasan dalam masa kehamilan ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Memahami
pengertian sistem pernapasan pada manusia
1.3.2
Memahami
dan mengerti mekanisme sistem pernafasan
1.3.3
Memahami proses adaptasi fisiologis system pernapasan dalam masa kehamilan
1.4
Manfaat
1.4.1 Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya tentang proses adaptasi fisiologis system pernapasan
dalam masa kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi sistem pernafasan adalah mengambil oksigen (O2)
dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh danuntuk mentranspor karbon dioksida(CO2)
yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ –organ respiratorik ber4fungsi dalam :
1. Produksi bicara, membantu proses dalam berbicara
2. Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia
3. Pertahanan tubuh
melawan benda asing, organisme asing yang masuk melalui proses pernafasan ke
dalam tubuh
4. Mengatur hormonal tekanan darah dan
keseimbangan hormon dalam darah
2.1 Fisiologi Sistem Pernapasan
Mekanisme Pernapasan
Paru-paru dan dinding dada dalam
keadaan normal memiliki struktur yang elastic dan terdapat lapisan cairan tipis
yang memisah paru-paru dan dinding dada. Posisi paru-paru
dapat dengan mudah bergeser pada dinding dada.
2.1.1 Jenis Respirasi :
·
Pernapasan Eksterna : proses pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler dan merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara
darah dan udara.
·
Pernapasan Interna
: proses pertukaran
udara yang terjadi antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Berlangsung di
seluruh system tubuh.
2.1.2 Cara Pernapasan
·
Pernapasan Dada
(Costal Breathing).
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai
berikut.
Fase Inspirasi.
Fase ini berupa
berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.
Fase Ekspirasi.
Fase ini
merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
·
Pernapasan
Perut (Diaphragmatic Breathing)
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
Fase Inspirasi.
Fase ini berupa
berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan
dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara
luar yang kaya oksigen masuk.
Fase Ekspirasi.
Fase ini
merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang
dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan
luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2.1.3 Volume Paru
·
Spirometri : suatu proses merekam volume pergerakan udara
yang masuk dan keluar dari paru
·
Spirometer : alat untuk mengukur udara yang masuk dan
keluar dari paru
·
Spirogram : grafik yang memperlihatkan perubahan dalam
volume pru-paru pada berbagai keadaan bernafas
·
Macam volume paru bila dijumlah sama dengan volume
maksimum pengembangan paru :
1.
Volume tidal (tidal
volume = TV)
adalah volume udara pada waktu inspirasi atau ekspirasi
normal, dan volumenya kira-kira 500 ml
2.
.Volume cadangan
inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV)
adalah volume udara tambahan terhadap volume volume
tidal, dan biasanya volume udara itu kira-kira 3000 ml.
3.
Volume cadangan
ekspirasi (expiratory reseve volume = ERV)
adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
berekspirasi sekuat-kuatnya (maksimum) pada saat akhir ekspirasi normal, volume
ini kira-kira 1100 ml.
4.
Volume residu
(residual volume = RV)
adalah volume udara yang masih tinggal di dalam paru-paru
setelah melakukan respirasi maksimum. Volume residu ini rata-rata 1200 ml.
2.1.4 Kapasitas
Paru
Dalam peristiwa
siklus paru-paru diperlukan menyatukan dua volume atau lebih kombinasi seperti
ini disebut kapasitas paru-paru.
1.
Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC) = volume tidal (TV) + volume cadangan inspirasi (IRV).
Ini adalah sejumlah udara seseorang bernafas mulai dengan tingkat ekspirasi normal dan memperbesar paru-parunya hingga maksimum.
Ini adalah sejumlah udara seseorang bernafas mulai dengan tingkat ekspirasi normal dan memperbesar paru-parunya hingga maksimum.
2.
Kapasitas residu fungsional (functional residual
capacity/FRC) = volume cadangan ekspirasi (ERV) + volume residu (RV).
Ini adalah sejumlah udara yang tinggal dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).
Ini adalah sejumlah udara yang tinggal dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).
3.
Kapasitas vital (vital capacity/VC) = volume cadangan inspirasi (IRV) + volume tidal (TV) +
volume cadangan ekspirasi (ERV).
Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ekspirasi dan dilanjutkan dengan ekspirasi maksimum.
Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ekspirasi dan dilanjutkan dengan ekspirasi maksimum.
4.
Kapasita total paru-paru (total lung capacity/TLC) adalah volume maksimum paru-paru yang masih dapat
diperbesar dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 ml). TLC = IRV + TV
+ ERV + RV.
2.2.5 Difusi gas
melalui membran
.
Factor-faktor
yang mempengaruhi difusi gas :
1.
Ketebalan
membran pernafasan
2.
Luas
permukaan membran pernafasan
3.
Koefisien
difusi gas dalam substansi membran
4.
Perbedaan
tekanan antara kedua sisi membran
2.2.6 Kecepatan dan Pengendalian Pernapasan
Mekanisme
pernapasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama :
1.
Kimiawi
Merupakan
factor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuaensi, kecepatan dan
dalamnya gerakan pernapasan, karbon dioksida merangsang pusat pernapasan.
2.
Pengendalian
oleh saraf
Impuls
yang dikeluarkan oleh pusat pernapasan menimbulkan kontraksi ritmik pada otot
diafragma dan interkostal yang kecepatan kira-kira 15x permenit
2.2 Proses
Adaptasi Fisiologis dalam Masa Kehamilan
pada Sistem Pernapasan
Usaha pernapasan ibu harus meningkat pada
kehamilan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik jaringan ibu dan
janin. Pada akhir kehamilan, konsumsi oksigen meningkat sebesar 16-20%. Sistem
pernapasan juga di pengaruhi oleh velume uterus yg membesar. Dalam hal cadangan
fisiologis,stres yg di timbulkan oleh kehamilan pada sistem pernapasan lebih
kecil di bandingkan dg peningkatan yg dapat di ukur saat olahraga. Dampak
klinis dari perbedaaan ini aalah bahwa pasien dg penyakit pernapasan lebih
kecil kemungkinannya mengalami perburukan i bandingkan dg mereka yg mengidap
penyakit jantung.
|
Perubahan pada kehamilan
|
catatan
|
Volume
plasma
|
meningkat sekitar
50% dari 2600 ml menjadi 3900 ml
|
lebih besar
pada kehamilan kedua dan berikutnya;berkolerasi dg berat lahir
|
Massa sel arah merah
|
meningkat sekitar 18%
|
meningkat lebih besar apabila ibu mendapat
suplemen zat besi(menjadi 30%)
|
Hitung neutrofil
|
baik jumlah sel maupun aktivitas metabolik
meningkat
|
peningkatan inisial terjadi pada awal kehamilan
dan serupa dg respons terhadap stres fisiologis lain
|
Protein plasma
|
menurun
|
penurunan tekanan osmotik merupakan
predisposisi edema
|
Faktor pembekuan
|
meningkat
|
faktor fibrinolitik berkurang
|
Hitung trombosit
|
sedikit menurun
|
koagulabilitas meningkat
|
2.2.1 Anatomi
1.
Pada awal kehamilan,dan demikian bukan
di sebabkan oleh tekanan dari uterus, diafragma terdorong ke atas sebanyak 4 cm
(de Swiet,1998). Gerakan respirasi diafragma meningkat dan terjadi peningkatan
pelebaran (pemekaran)iga bagian bawah (peningkatan sudut substernal dari 68
derajat pada awal kehamilan menjai 103 derajat pada akhir kehamilan)(Thomson &
Cohen, 1938).
2.
Diafragma melakukan sebagian besar
kerja respirasi; bernapas lebih bersifat torakalis daripada abdominalis.
Pengaruh hormon menyebabkan otot dan tulang rawan di regio toraks melemas
sehingga toraks melebar. Penurunan compliance dinding toraks menyebabkan
dinding toraks dapat bergerak semakin ke dalam sehingga udara yg terperangkap
lebih sedikit dan volume residual menurun.
3.
Progesteron menurunkan kepekaan
kemoreseptor perifer dan sentral untuk karbon dioksida (Skatrud, Dempsey, &
Kaiser, 1978). Hal ini berarti dorongan pernapasan (respiratory rive)
terpicu pada kadar kardon dioksida yang lebih rendah sehingga wanita hamil
bernapas lebih dalam. Seiring dg peningkatan kadar progesteron selama
kehamilan, peningkatan responsivitas terhadap PCO2 menyebabkan tidal volume
(volume alun panas) dan, g demikian, volume per menit (minute volume)
meningkat. Oleh karena itu, hiperventilasi (peningkatan volume alun) merupakan hal normal pada
kehamilan. Konsumsi oksigen meningkat, tetapi tekanan oksigen arteri tidak
berubah.
Tabel Kehamilan
dan cabang fisiologis
Parameter
|
Normal
|
Kehamilan
|
%Peningkatan
|
Olahraga
|
%Peningkatan
|
Volume menit
|
7,5 l/mnt
|
10,5 l/mnt
|
40
|
80 l/mnt
|
1000
|
Konsumsi oksigen
|
220 ml/mnt
|
255 ml/mnt
|
16
|
|
|
Curah jantung
|
4,5 l/mnt
|
6 l/mnt
|
30
|
12 l/mnt
|
|
Gbr 1. Pergeseran diafragma pada kehamilan : sangkar iga
pada keadaan hamil (terang) dan tidak hamil (gelap), yang memperlihatkan
peningkatan sudut subkosta, peningkatan garis tengah transversal, dan
meningginya diafragma pada kehamilan.
4.
Pada
kehamilan, frekuensi pernapasan tidak berubah, tetapi ventilasi per menit
meningkat 40% karena volume alun napas meningkat; hal ini sudah mulai tampak
sedini kehamilan 7 minggu. Hiperventilasi ini melebihi peningkatan konsumsi
oksigen.
Efisiensi
pertukaran gas di alveolus sangat meningkat apabila yang meningkat volume alun
napas dibandingkan dengan frekuensi pernapasan. Ventilasi alveolus semakin
ditingkatkan oleh berkurangnya volume residual. Sekitar 150 ml udara inspirasi
tetap berada di saluran napas atas dan tidak terjadi pertukaran gas (hal ini
dikenal sebagai ruang mati anatomis atau anatomical dead space).
Walaupun pada kehamilan ruang mati meningkat sebesar sekitar 60 ml karena
dilatasi bronkiolus halus, ventilasi alveolus netto meningkat. Peningkatan volume
alun napas berarti kapasitas residual fungsional berkurang sehingga lebih
banyak udara segar yang bercampur dengan volume udara sisa (yang jumlahnya
semakin berkurang) yang tertinggal di paru.
Dengan
demikian, ventilasi pada kehamilan meningkat sekitar 70% yang menyebabkan
peningkatan efisiensi pencampuran gas sehingga pertukaran gas menjadi lebih
mudah karena gradien difusi meningkat. Peningkatan gradien konsentrasi karbon
dioksida antara darah ibu dan janin membantu penyaluran karbon dioksida menembus
plasenta dan mungkin penting pada keadaan yang merugikan. Progesteron meningkat
kadar karbonat anhidrase di sel darah merah sehingga efisiensi pemindahan
karbon dioksida semakin tinggi.
5.
Tekanan
parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat (dari 95-100 mmHg menjadi 101-106
mmHg) dan kadar karbon dioksida menurun (dari 35-40 mmHg menjadi 26-34 mmHg).
Peningkatan ringan PO2 tidak banyak berefek pada saturasi
hemoglobin. Namun, postus memengaruhi kadar oksigen alveolus; posisi telentang
pada akhir kehamilan menyebabkan tekanan oksigen alveolus menurun dibandingkan
dengan posisi duduk. Perubahan oksigenasi alveolus ini mungkin kurang bermakna
bagi janin walaupun mungkin dapat menjadi kompensasi apabila ibu berada di
tempat yang tinggi.
Perjalanan
udara dikaitkan dengan peningkatan dispnea dan frekuensi pernapasan. Penurunan
kadar karbon dioksida pada kehamilan menyebabkan alkalosis respiratorik ringan.
Perubahan pH memengaruhi kadar kation dalam darah, misalnya natrium, kalium,
dan kalsium, yang membantu pemindahan melalui plasenta dan meningkatan
penyediaan bagi pertumbuhan janin.
6.
Terjadi
kompensasi metabolic berupa peningkatan ekskresi ion bikarbonat oleh ginjal.
Penurunan bikarbonat serum menyebabkan pH ibu meningkat ke batas atas rentang
fisiologis, dari 7,40 menjadi 7,45. Dengan demikian, kemampuan ibu untuk
mengompensasi asidosis metabolik menurun, yang mungkin menimbulkan masalah pada
persalinan lama atau apabila terjadi penurunan perfusi jaringan.
7.
Progeteron memiliki efek local pada tonus otot polos
jalan
napas dan pembuluh darah paru. Kapasitas difusi adalah tingkat kemudahan gas menembus membrane paru. Pada awal kehamilan, kapasitas difusi menurun mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding kapiler, yang meningkatkan jarak difusi (de Swiet, 1998b). Efek ini mungkin berlangsung selama beberapa bulan setelah persalinan. Peningkatan retensi air di jaringan paru juga menyebabkan penurunan kapasitas difusi.
napas dan pembuluh darah paru. Kapasitas difusi adalah tingkat kemudahan gas menembus membrane paru. Pada awal kehamilan, kapasitas difusi menurun mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding kapiler, yang meningkatkan jarak difusi (de Swiet, 1998b). Efek ini mungkin berlangsung selama beberapa bulan setelah persalinan. Peningkatan retensi air di jaringan paru juga menyebabkan penurunan kapasitas difusi.
8.
Terjadi peningkatan closing volume yang mengisyaratkan
diameter saluran napas kecil berkurang, hal ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan cairan paru. Penurunan efisiensi pemindahan gas paru dikompensasi
secara parsial oleh relaksasi otot polos bronkiolus yang dipicu oleh
progesterone, yang menurunkan resistensi saluran napas. Penurunan resistensi
saluran napas berarti aliran udara meningkat. Prostaglandin juga mempengaruhi
otot polos bronkiolus. Prostaglandin F2a, yang meningkat sepanjang kehamilan
adalah konstriktor otot polos, prostaglandin E1 dan E2, yang meningkat pada
trimester ketiga, merupakan dilator otot polos.
Bagaimana mereka mempengaruhi efisiensi pernafasan pada kehamilan masih
belumlah jelas, walaupun apabila digunakan menginduksi abortus terapetik
prostaglandin F2a dapat menyebabkan asma pada wanita yang rentan (Kreisman, van
de Weil & Mitchell, 1975).
Usaha/ kerja bernafas mungkin tidak berubah karena penurunan risistensi
jalan napas mengkompensasi kongesti dikapiler dinding bronkus. Banyak wanita
hamil mengalami dispnea, yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan kecemasan,
sering pada awal kehamilan sebelum terjadi perubahan dalam tekanan intra
abdomen. Hal ini dikaitkan erat pada PCO2 dan mungkin disebabkan oleh
hiperventilasi (de Swiet, 1998b). kapiler di saluran napas akan mengalami
pembengkakan yang dapat menimbulkan kesulitan bernafas melalui hidung dan
memperparah infeksi saluran napas.
9.
Perubahan laring dan edema pita suara yang disebabkan
oleh dilatasi vascular dapat menyebabkan suara serak dan lebih berat, serta
batuk menetap. Pada kasus yang berat, perubahan berupa penebalan laringini
dapat menyebabkan penyulit apabila akan dilakukan intubasi, misalnya pada
anestesia. Pada kehamilan, volume ekspirasi paksa pada 1 detik dan laju arus
puncak biasanya tidak terpengaruh.
Saat
persalinan, nyeri menyebabkan peningkatan volume alun
napas dan frekuensi pernafasan (efek ini dihilangkan oleh anesthesia epidural
yang efektif). Pada kala dua, kebutuhan otot menyebabkan asidosis metabolik (peningkatan produksi laktat dan piiruvat). Hal ini sedikit banyak diimbangi oleh alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi (Blackburn & Loper, 1992)
napas dan frekuensi pernafasan (efek ini dihilangkan oleh anesthesia epidural
yang efektif). Pada kala dua, kebutuhan otot menyebabkan asidosis metabolik (peningkatan produksi laktat dan piiruvat). Hal ini sedikit banyak diimbangi oleh alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi (Blackburn & Loper, 1992)
BAB III
PENUTUP
Pada wanita hamil
terjadi perubahan-perubahan yang sangat spesifik, salah satunya yaitu perubahan
pada sistem pernapasan. Perubahan ini merupakan hal yang wajar dan normal yang
tidak perlu ditakuti. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan akan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, setelah proses persalinan dan menyusui
selesai.
3.2 Saran
Respirasi atau pernapasan merupakan proses
yang penting bagi tubuh kita, apabila salah satu organ mengalami kerusakan maka
akan mengganggu proses pernapasan.
Salah satu penyebab gangguan yang paling
vital adalah rokok, karena didalam rokok banyak terkandung zat yang berbahaya
seperti nikotin,dan lain sebagainya. Merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru- paru. Misalnya, sel
mukosa membesar (disebuthipetrofi ) dan kelenjar mucus bertambah banyak
(disebuthiperplasia).
Perubahan fisiologis adalah respon tubuh
karena adanya pembuahan atau fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang
bertujuan untuk mempertahankan hasil pembuahan agar tetap hidup dan berkembang.
Peristiwa ini normal dan wajar terjadi
kemudian akan kembali seperti semula keadaan semula beberapa minggu. Selain itu
menyusui juga dapat membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh, karena
menyusui menyebabkan rahim berkontraksi
dan mempercepat kembalinya ke ukuran normal.
DAFTAR PUSTAKA
Syifuddin. 2009. Fisiologi
Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory
Medicine). Jakarta : EGC
Coad, Jane dan Dunstall, Melvyn. 2007. Anatomi
dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC
Kamaruddin.
Februari 2009
http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-pernapasan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar